Saturday, August 21, 2010

Industri Makanan

Beberapa warga Desa Ngablak bermatapencaharian di bidang industri makanan. Jenis makanan yang diproduksi diantaranya adalah enting-enting, selondok, pastel, tahu, dan lain-lain. Industri ini tersebar di beberapa dusun seperti Dusun Ngablak, Kedawung, dan Logandeng. Industri enting-enting dan selondok terdapat di Dusun Kedawung, pastel terdapat di Dusun Logandeng, dan tahu terdapat di Dusun Kedawung. Industri makanan ini selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, juga dapat menarik perhatian wisatawan. Dengan harga yang sangat terjangkau, wisatawan dapat berbelanja makanan baik untuk dimakan langsung maupun dibungkus untuk keluarga di rumah.




Kurungan Burung

Pembuat kurungan burung di Desa Ngablak adalah Pak Syariduddin. Beliau telah menjalani profesi sebagai pembuat kurungan burung untuk dijual selama 1 tahun. Kerangka kurungan burung dibuat dari kayu nangka, jati, dan sonokeling. Kayu jati didapat dari Desa Njelean sedangkan kayu sonokeling didapat dari toko mebel pak Slamet. Produksinya telah dipasarkan di Pasar Talon, Muntilan. Pemasarannya disana atas permintaan pasar. Harga kurungan paling mahal adalah yang terbuat dari kayu jati dan sonokeling. Untuk kurungan yang paling besar 33x40,5x61 dijual dengan harga Rp 65.000,00 tanpa divurnis.




Kerajinan Akar dan Biji Salak

Salah satu pembuat sawangan adalah Pak Zamrodin. Telah 2 tahun Pak Zamrodin menjadi pembuat sawangan. Sawangan dibuat dari duri pohon dadap. Namun, saat ini pohon dadap telah susah dicari sehingga Pak Zamrodin beralih profesi ke pengrajin dari akar kayu jaka tua, biji aren, dan junitri. Sekarang sudah 5 bulan pak Zamrodin menjadi pengrajin akar kayu. Beliau terinspirasi dari Pak Sutopo, pengrajin akar dan kenthos dari Kedawung. Sebenarnya, menjadi pengrajin hanya menjadi kerja sambilan karena beliau belum mampu memasarkan hasil kerajinannya.
Harga yang dibanderol untuk tiap produk adalah sebagai berikut:
Sawangan = Rp 3.000,00
Gantungan kunci dari jenitri = Rp 2.000,00
Kerajinan dari akar kayu = Rp 20.000,00 – Rp 25.000,00 tapi kalau sudah dibingkai harganya menjadi Rp 150.000,00








Kerombong (Keranjang Plastik)

Salah satu pengrajin krombong di desa Ngablak adalah Pak Katam. Pak Katam telah 2 tahun berprofesi sebagai pengrajin krombong. Asal mula pembuatan krombong plastik adalah karena krombong bambu tidak bisa tahan lama, maksimal 3 bulan sedangkan krombong plastik bisa tahan 1 tahun bahkan lebih. Pembuatan krombong terinspirasi dari Pak Ismun, pengrajin Krombong dari Sawitan Magelang.
Dalam 1 hari hanya bisa diproduksi 1 buah krombong. Dalam melakukan pekerjaannya, Pak Katam dibantu oleh puteranya. Pagi hari saat anaknya sekolah, Pak Katam menganyam plastiknya. Saat sore hari setelah anaknya pulang dari sekolah, anyaman yang telah selesai dianyam dibentuk menjadi keranjang.
Bahan baku plastik yang digunakan Pak Katam didapat dari Sawitan, Magelang. Biasanya dalam bentuk lembaran berukuran 2 x 40 cm. Pak Katam membeli bahan baku sebanyak 1-2 kwintal seharga Rp 650.000,00/kwintal. Plastik ini digunakan untuk menganyam keranjang, sedangkan untuk kerangkanya digunakan kayu pohon nangka yang dibeli dari Kedawung dengan harga Rp 30.000,00. Pak Katam tidak menjual krombong buatannya di pasar tetapi pembeli yang datang ke rumah Pak Katam. Umumnya, Pak Katam menjual krombong seharga:
30 x 30 cm = Rp 90.000,00
34 x 34 cm = Rp 120.000,00
40 x 40 cm = Rp 140.000,00
50 x 50 cm = Rp 170.000,00



Tempe

Tempe merupakan makanan favorit semua warga desa Ngablak. Salah satu produsen tempe di desa Ngablak adalah Ibu Karti yang bertempat tinggal di dusun Purwosari. Ibu Karti mulai mempelajari pembuatan tempe sejak berumur 10 tahun sampai sekarang umur 80 tahun.
Proses pembuatan tempe sebagai berikut : Bahan utama pada pembuatan tempe adalah kedelai. Kedelai kering direndam pada air panas selama 1 hari 1 malam. Hasil rendaman direbus sampai mendidih. Lalu direndam lagi dengan air hangat selama 2 hari. Tujuan direbus dan direndam adalah untuk membuat kedelai lunak dan mudah dipecah. Kedelai dipecah lalu dikukus lagi. Setelah itu, kedelai diberi ragi tempe Rhizopus oryzae lalu dibungkus dengan daun pisang selama 2 hari dimana dalam 1 hari 1 malam tempe dimasukkan dalam kaleng yang tertutup rapat lalu dibuka kalengnya dan diletakkan di tempat terbuka. Dahulu, ragi tempe yang digunakan dibuat dari daun waru yang diparut lalu dimasukkan kedelainya lalu dibungkus.
Tempe yang diproduksi dijual ke warung-warung biasanya warung milik bu karti atau pasar Ngepos. Selama ini, ibu belum pernah menjual tempe olahannya di pasar Srumbung. Ibu menjual tempe per biji harganya Rp 200,00. Dalam 1 kg berisi 55 biji sehingga harganya Rp 11.000,00. Dalam sehari ibu biasa memproduksi tempe sebanyak 5 kg.

Gula Jawa

Gula jawa merupakan salah satu home industri yang cukup banyak terdapat di desa Ngablak. Salah satu home industri yang ada adalah milik Ibu Ismaryati di dusun Purwosari. Ibu Ismaryati sudah 21 tahun menekuni usaha gula jawa, yaitu sejak tahun 1989. Resep gula jawa beliau peroleh dari mertuanya.
Menurut Ibu Ismaryati, proses pembuatan gula jawa adalah sebagai berikut : hasil sadapan nira kelapa yang telah disadap dari sore diambil pagi hari. Bapak bertugas mencari air nira kelapa. Air nira didapat dari pohon kelapa dari berbagai tempat. Air nira kelapa yang didapat dididihkan dan ditambahkan dengan sedikit kelapa parut. Parutan kelapa yang ditambahkan harus kelapa segar jangan ampas kelapa. Hal ini disebabkan karena ampas kelapa akan mengakibatkan bumping (gelembung adonan) tidak mau turun. Adonan gula diaduk terus sampai adonan mengental. Setelah mengental, adonan gula dikecek yaitu proses mengocok adonan. Tujuan proses mengecek adalah untuk mempercepat proses pengeringan adonan gula. Dalam proses pembuatannya, masih secara tradisional yaitu dengan menggunakan kayu bakar.
Dalam satu hari, Ibu Ismaryati bisa memproduksi gula jawa sebanyak 10 kg yang dibuat pada saat pagi dan sore hari. Dalam sekali pembuatan, dibutuhkan waktu selama 6 jam, mulai dari pendidihan air sadapan kelapa sampai gula dicetak dan kering. Selama ini gula jawa yang diproduksi dijual ke warung bu Bakri. Bu bakri menjadi penampung gula jawa dari berbagai home industry dari berbagai desa di kecamatan Srumbung. Transaksi yang terjadi antara produsen dengan konsumen adalah ada barang ada uang asal konsumen sedang ada uang. Tetapi kalau sedang tidak ada uang, maka produk dititipkan di warung. Harga jual gula jawa dari produsen adalah Rp 8.500/kg.




Salak Nglumut

Salak Nglumut (Salacca zalacca) merupakan komoditas utama Desa Ngablak. Salak adalah sejenis palma dengan buah yang bisa dimakan. Buah ini disebut snake fruit karena kulitnya mirip dengan sisik ular. Hampir semua warga Desa Ngablak memiliki kebun salak. Luas lahan salak sendiri di Desa Ngablak mencapai 50 Ha. Mereka menggantungkan hidup dari kebun salak. Komoditas utama ini yang mengantarkan Desa Ngablak sebagai desa agro wisata. Buah salak biasanya dijual ke pengepul, selanjutnya ke tengkulak, setelah itu ke tengkulak besar, baru setelah dari tengkulak besar di pasarkan secara meluas.